Ekonomi hijau atau green economy adalah suatu konsep ekonomi yang menyertakan prinsip ramah lingkungan dalam praktiknya. Dikutip dari Detik.com, istilah tersebut kali pertama muncul pada 1989 dalam sebuah laporan bertajuk “Blueprint for a Green Economy”.
Menurut Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada (UGM), green economy dikembangkan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan sosial, tapi di saat yang bersamaan juga mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Sementara itu, UN Environment Programme menyebut, ekonomi hijau merupakan sistem yang dalam pelaksanaannya memprioritaskan rendah karbon, inklusivitas sosial, dan efisiensi sumber daya.
Adapun dalam praktiknya, mengutamakan prinsip mendorong pertumbuhan lapangan kerja dan pendapatan dengan investasi di bidang ekonomi yang menekan emisi karbon, meningkatkan efisiensi energi, menekan polusi, dan melestarikan lingkungan.
Manfaat Green Economy
Dalam suatu negara, green economy saat ini tak ubahnya solusi yang dapat menyelesaikan masalah fundamental secara bersamaan: minimnya lapangan kerja dan pencemaran lingkungan.
Karena dipandang bisa menjadi solusi hari ini dan masa mendatang, maka tidak mengherankan apabila banyak negara yang sudah mengadopsi prinsip ekonomi hijau. Peralihan ini pun tidak hanya terjadi di negara-negara Eropa, melainkan pula kawasan Asia.
Indonesia pun tak ketinggalan untuk memanfaatkan ekonomi hijau. Pertimbangannya tidak lain dari riset yang memproyeksikan penerapan green economy dalam jangka panjang bisa menstabilkan pertumbuhan ekonomi dengan rata-rata 6,22% sampai 2045.
Selain itu, pemerintah juga memproyeksikan implementasi ekonomi hijau bisa mengurangi emisi sebanyak 86 juta ton CO2-ekuivalen dan menciptakan 4,4 juta lapangan kerja.
Lebih dari itu, juga ada peluang yang dapat dimaksimalkan hasilnya, yaitu transisi aktivitas ekonomi eksisting, seperti energi baru dan terbarukan, serta ekosistem EV atau e-mobility yang mampu mengurai emisi gas rumah kaca sebagai akibat pembakaran BBM.
Di sisi lain, secara ekonomi, konsep green economy memberikan manfaat pula dalam perspektif penghematan energi. Di samping itu, bisa diandalkan untuk melahirkan pusat pertumbuhan ekonomi baru yang ramah lingkungan.
Ciptakan Lapangan Kerja
Dalam studi yang dilakukan pemerintah, transisi ekonomi hijau diproyeksi menciptakan lapangan kerja baru sampai 15,3 juta hingga 2045 mendatang. Prediksi itu bisa lebih tinggi mengingat ada pula yang memproyeksikan mencapai 19 juta lebih lapangan kerja.
Lebih spesifik, lembaga riset CELIOS pada 2023 telah mengungkap potensi lapangan kerja baru dari green economy, sebagaimana dalam laporan yang berjudul Dampak Transisi Ekonomi Hijau Terhadap Perekonomian, Pemerataan, dan Kesejahteraan Indonesia.
Dalam laporannya, diketahui setidaknya ada delapan sektor yang akan menciptakan lapangan kerja berkat pendekatan prinsip ekonomi hijau. Antara lain:
- Sektor pertanian dan perikanan 3,8 juta orang.
- Sektor industri pengolahan 3 juta orang.
- Sektor perdagangan 3,3 juta orang.
- Sektor jasa keuangan 1,9 juta orang.
- Sektor pengadaan listrik 1,09 juta orang
- Sektor konstruksi 1,8 juta orang.
- Sektor transportasi akomodasi 964 ribu orang.
- Sektor jasa perusahaan 900 ribu orang.
Di luar delapan sektor tersebut, green economy diproyeksikan menciptakan lapangan kerja di sektor lain untuk 2,65 juta orang. Di samping itu, transisi ke ekonomi hijau bikin pendapatan tenaga kerja Indonesia juga naik, yang dalam hal ini prediksinya mencapai Rp902,2 triliun.
Skill di Era Green Economy
Potensi ekonomi hijau seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bukan tidak mungkin hanya proyeksi semata apabila kita tidak berjuang untuk memaksimalkannya. Hal yang dimaksud, masih beririsan dengan kesanggupan kita dalam mengoptimalkan potensi dengan menambah pengetahuan dan keterampilan terkait.
Dalam konteks green economy, keterampilan yang bisa dipelajari sebetulnya ada banyak. Sebagai contoh, pembuatan produk dari bahan daur ulang plastik. Jika kamu ingin terjun di bidang ini, maka keterampilan mengolah limbah plastik menjadi skill wajib yang perlu dikuasai.
Lalu, ada juga keterampilan teknis energi terbarukan. Contohnya, teknisi yang berhubungan dengan pembangkit listrik tenaga surya atau pembangkit listrik tenaga air.
Masih terkait dengan energi, keterampilan era ekonomi hijau yang menjanjikan dalam pekerjaan adalah audit energi. Dengan menguasai skill ini, seseorang bisa menganalisis pemakaian energi, sehingga diharapkan bisa mengeluarkan output berupa strategi penghematan energi.
Jika kamu tertarik dengan pertanian, keterampilan penunjang yang bisa dipelajari adalah pertanian berkelanjutan. Konsep utama dalam skill ini adalah bagaimana seseorang dapat melakukan kerja-kerja pertanian tanpa meninggalkan limbah.
Contoh lainnya adalah digitalisasi. Seperti yang kita ketahui, dunia digital juga bisa memberikan pengaruh besar untuk kelestarian lingkungan. Di sisi lain, digital juga memiliki potensi ekonomi yang besar.
Maka itu, mempelajari keterampilan dalam dunia digital bisa menjadi opsi untuk memaksimalkan potensi ekonomi hijau yang dimiliki Indonesia. Adapun contoh keterampilannya, seperti analis data dan pemrograman, spesialis kecerdasan buatan, internet of things, atau blockchain.
Demikianlah penjelasan tentang green economy dan apa yang harus kita lakukan agar bisa meraih hasil maksimal dari potensinya. Tentu saran yang bisa diberikan adalah agar kita lekas-lekas menambah keterampilan yang terkait dengan ekonomi hijau.
Hal itu diperlukan karena selain bisa menambah rezeki, bergerak di industri hijau juga membuat kita berkontribusi langsung atas pelestarian lingkungan.
Adapun pelatihan keterampilan ekonomi hijau sesungguhnya bisa dilakukan di mana saja, baik secara mandiri atau ikut kursus di lembaga-lembaga pelatihan kerja.