Dari Sampah ke Rupiah: Kisah UKM Ubah Limbah Jadi Berkah

Sustainability Webinar Series: Green Business Success Stories yang Diselenggarakan Yayasan Anugerah Cinta Kasih Sejati dan Kerja Lestari Academy dengan Topik Dari Sampah ke Rupiah: Kisah UKM Ubah Limbah Jadi Berkah
Sustainability Webinar Series: Green Business Success Stories yang diselenggarakan Yayasan Anugerah Cinta Kasih Sejati dan Kerja Lestari Academy dengan topik Dari Sampah ke Rupiah: Kisah UKM Ubah Limbah Jadi Berkah, Selasa, 24 Februari 2025.

Sustainability Webinar Series: Green Business Success Stories yang diselenggarakan Yayasan Anugerah Cinta Kasih Sejati dan Kerja Lestari Academy berjalan sukses, Selasa, 25 Februari 2025. Sesi kali ini mengangkat topik Dari Sampah ke Rupiah: Kisah UKM Ubah Limbah Jadi Berkah.

Di kesempatan tersebut hadir Owner Hexagon, Zara Tentriabeng, sebagai pembicara. Dalam momen ini, Zara membagikan kisahnya dalam mengembangkan Hexagon sebagai UKM yang ramah lingkungan.

Sebagai informasi, Hexagon adalah brand yang memproduksi aksesori atau perhiasan dari berbagai limbah, seperti plastik, makeup, kayu, hingga akrilik. Meskipun berbahan baku limbah, tapi bukan berarti tidak diterima pasar. 

“Reaksi market-nya positif sekali. Saya juga sudah punya market yang besar di Jepang, alhamdulillah,” ucapnya.

Sepengalamannya, ekspor aksesoris atau perhiasan dari bahan daur ulang tidak susah. Yang terpenting, ujarnya, memastikan kelengkapan dokumen yang dibutuhkan. 

Oleh sebab itu, ia mengingatkan para pelaku UKM ramah lingkungan agar tidak menyepelekan legalitas usahanya. “ Kalau nggak ada legalitas, kita nggak bisa ekspor,” terangnya.

Lebih lanjut, tantangan yang kerap dihadapi ketika UKM mau ekspor adalah belum memenuhinya syarat kuota sebagaimana diinginkan buyer. Situasi seperti inilah, jelas Zara, yang membuat kolaborasi antara sesama UKM penting untuk dilakukan. 

Kolaborasi dapat menjadi poin keberhasilan ekspor karena memberikan manfaat, seperti terpenuhinya kuota yang diinginkan pembeli hingga menekan biaya pengiriman. 

Lepas dari itu, Zara mengatakan, dalam menjalankan usaha perhiasan atau aksesoris ramah lingkungan, bukan berarti tanpa tantangan. Adapun situasi yang kerap dihadapi adalah pewarnaan produk karena ia menggunakan limbag makeup.

“Karena warnanya dari apa yang kita terima (sisa makeup),” jelasnya.

Lantaran hal tersebut, Zara menekankan pentingnya UKM berinovasi. Sebab, jika ingin terus berkembang, maka UKM harus selalu mencari medium baru dalam mengolah limbahnya menjadi produk yang bernilai tinggi.

Perihal itu, teknologi memainkan peran penting. Ia mengambil contoh, limbah plastik biasanya perlu dihancurkan atau dileburkan terlebih dahulu sebelum diolah kembali menjadi suatu produk. Dalam proses seperti itulah teknologi memainkan perannya. 

Lebih lanjut, Zara pun membagikan tips cara membangun kredibilitas di tengah isu greenwashing. Sebagai informasi, greenwashing adalah metode kampanye pemasaran suatu produk yang mengeklaim ramah lingkungan, tapi faktanya tidak. 

Di tengah-tengah isu tersebut, agar kredibilitas tetap terjaga, Zara menekankan pentingnya transparansi. “Sudah beberapa kali media datang ke workshop kami. Jadi, kami kasih tahu bagaimana proses produksinya, bagaimana kita dapat donasi (limbah makeup),” jelasnya.

Dengan transparansi, maka keyakinan akan kebenaran produk ramah lingkungan akan lahir dengan sendirinya. Sebab, tanpa keterbukaan, sulit juga membangun identitas merek yang notabene sangat penting untuk mengembangkan usaha.

“Kita sebagai UKM harus jujur dan transparan. Kita buka saja semua, silakan kalau mau lihat produksinya secara langsung,” ucap Zara.

0 Comments