Risiko Iklim dan Perbankan: Apa dan Bagaimana Hubungannya?

Ilustrasi Integrasi Risiko Iklim dalam Manajemen Perbankan
Ilustrasi integrasi risiko iklim dalam manajemen perbankan. Sumber foto: Freepik.com/@Freepik.

Sudah hitungan dekade tatkala perubahan iklim menjadi isu global. Situasi tersebut nyata-nyata melahirkan risiko iklim yang berdampak pada hampir semua aspek kehidupan manusia: mulai dari kesehatan, lingkungan, hingga sektor keuangan.

Di sektor keuangan, semakin memburuknya iklim di Bumi pun turut memengaruhi dunia perbankan. Namun, sebelum membahasnya lebih lanjut, sebetulnya ada hal mendasar yang perlu kita ketahui bersama.

Hal yang dimaksud adalah definisi risiko iklim dan bagaimana ia bisa memengaruhi dunia perbankan.

Risiko Iklim

Merangkum penjelasan dari berbagai sumber, kita dapat mengetahui bahwa risiko iklim adalah potensi kerugian yang bisa dialami karena terjadinya perubahan iklim. Dalam kenyataannya, dampak perubahan iklim bisa bisa termanifestasikan dalam cuaca ekstrem, seperti banjir, kekeringan, atau badai.

Apa yang kemudian kita sebut risiko iklim, lantas dibagi lagi menjadi dua, yaitu: risiko fisik dan risiko transisi.

Disebut risiko fisik karena muncul sebagai dampak langsung dari perubahan iklim. Hal ini biasanya terkait aset dan operasional. Misal, peningkatan frekuensi bencana alam yang kemudian merusak infrastruktur, properti, hingga ekosistem sumber daya alam.

Adapun risiko transisi adalah potensi kerugian yang berhubungan dengan perubahan kebijakan, peraturan, atau perubahan pasar. Hal ini kerap terjadi saat berlangsungnya transisi menuju ekonomi hijau dan rendah karbon. 

Hal tersebut bisa terjadi karena regulasi yang terkait emisi karbon atau kebijakan lain dari pemerintah yang mendukung ekonomi hijau, pasti memberikan dampak untuk industri di sektor tertentu. Hal ini pun pada akhirnya bisa memengaruhi sektor keuangan.

Nah, setelah mengetahui penjelasan dasar tentang risiko iklim, lantas bagaimana ia bisa memengaruhi dunia perbankan?

Hubungannya dengan Perbankan

Sebagai informasi, sebetulnya perbankan adalah salah satu sektor yang paling rentan terhadap perubahan iklim. Hal ini dapat terjadi karena bank adalah entitas yang memberikan pembiayaan terhadap berbagai proyek atau bisnis.

Pembiayaan tersebut, sebagaimana kita ketahui bersama, bisa berupa pinjaman dan investasi. Dari sini, kita pun bisa mengerti jika bank tidak mempertimbangkan risiko iklim dalam keputusannya, maka ia dapat mengalami kerugian. 

Adapun keputusan yang dimaksud, tentunya masih terkait investasi dan pemberian pinjaman. Maka dari itu, agar risiko iklim ini dapat terhindarkan, maka salah satu upaya yang perlu dilakukan manajemen perbankan adalah mengambil keputusan berdasarkan risiko iklim.

Selain pinjaman dan investasi, bagaimana lagi risiko iklim memengaruhi sektor perbankan?

  • Perubahan Kebijakan dan Regulasi

Perlu diketahui, saat ini sudah banyak pemerintahan di berbagai negara yang mengeluarkan kebijakan atau regulasi yang menargetkan pengurangan emisi karbon. Di saat yang sama, menggenjot investasi di sektor ekonomi hijau.

Dalam konteks tersebut, bank yang tidak mematuhi aturan sudah barang tentu berpotensi menghadapi sanksi. Bahkan, berpeluang mengalami kemunduran karena saat ini publik juga lebih memprioritaskan entitas yang peduli dengan lingkungan dan keberlanjutan.

  • Reputasi

Menyambung dengan penjelasan sebelumnya, kini banyak konsumen yang sudah sadar perubahan iklim memberikan dampak buruk. Seiring dengan tumbuhnya kesadaran ini, masyarakat pun mulai memberikan penilaian kepada perusahaan berdasarkan perhatian mereka untuk lingkungan.

Dalam konteks tersebut, bank yang tidak melakukan apa pun demi keberlanjutan, maka berpotensi mengalami degradasi reputasi. Jika ini terjadi, dampak besarnya adalah kehilangan nasabah sampai investor.

Setelah mengetahui cara risiko iklim memengaruhi dunia perbankan, lalu bagaimana mengintegrasikannya ke dalam manajemen perbankan sebagai upaya mitigasi?

Integrasi dalam Manajemen Perbankan

Menanggulangi perubahan iklim bukan perkara mudah. Akan tetapi, bukan tidak mungkin untuk dilakukan, termasuk di sektor perbankan. Berkaitan dengan ini, ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan manajemen perbankan untuk mengurangi risiko iklim.

  • Identifikasi Risiko

Adalah pendekatan krusial agar manajemen perbankan memahami jenis-jenis risiko iklim yang dapat memengaruhi portofolio banknya. Oleh sebab itu, identifikasi aset yang rentan terhadap risiko fisik dan transisi perlu dilakukan.

  • Pengembangan Kebijakan

Sebagai upaya mencegah risiko iklim, manajemen perbankan perlu mengembangkan kebijakan di internal. Hal yang dimaksud terkait dengan setiap keputusan, terutama pembiayaan dan investasi, agar diputuskan dengan mempertimbangkan risiko iklim.

Di saat yang sama, bank pun perlu mempertimbangkannya dalam rangka mendukung setiap program yang digagas atau dijalankan dengan dasar pembangunan berkelanjutan, energi terbarukan, atau hal lain yang terkait ekonomi hijau.

  • Pelaporan dan Transparansi

Ini adalah hal penting yang harus diperhatikan perbankan. Apalagi, laporannya terkait dengan dampak perubahan iklim di portofolionya. Adapun transparansi diperlukan karena cara tersebut bisa membantu manajemen untuk mengungkap risiko iklim yang bisa saja mereka hadapi.

Demikianlah penjelasannya tentang risiko iklim dan bagaimana ia memengaruhi dunia perbankan, hingga pendekatan yang bisa dilakukan untuk mencegahnya. 

Untuk kamu yang masih ingin tahu lebih dalam tentang ini, maka bisa banget buat ikut Sustainability Webinar Series yang diselenggarakan Yayasan Anugerah Cinta Kasih Sejati, Kerja Lestari Academy, dan PT Verval Nusantara Hijau.

Webinar yang dimaksud berjudul: Mengintegrasikan Risiko Iklim dalam Manajemen Perbankan, yang menghadirkan Specialist in ESG & Climate Management, Hesli Oktavia, S.T., M.Sc., CSRS, CSRA, sebagai pembicara.

Webinar ini akan diselenggarakan via Zoom pada Rabu, 22 Januari 2025, pukul 10.00-11.00 WIB.

Buat kamu yang mau hadir, tenang saja! Sebab, webinar ini gratis dan menyediakan berbagai benefit, mulai dari e-sertifikat, rekaman Zoom, materi webinar, hingga e-wallet dengan total Rp150 ribu untuk tiga peserta.

Nah, untuk kamu yang mau mendaftar, silakan klik banner di bawah, ya!

0 Comments