
Yayasan Anugerah Cinta Kasih Sejati bersama Kerja Lestari Academy menyelenggarakan Sustainability Webinar Series: Green Business Success Stories dengan tema Go Green, Grow Big! Rahasia Bangun Bisnis Ramah Lingkungan yang Menjanjikan, Rabu (19/02/2025).
Kegiatan tersebut menghadirkan Co Founder Waste for Impact and Art (WANITA), Suci Nabilla Hifzi, sebagai narasumber. Untuk informasi, WANITA adalah UKM yang sukses menghasilkan produk-produk ramah lingkungan dari limbah plastik dan foam.
Suci menjelaskan, inspirasi awal membentuk WANITA muncul pada saat Covid-19 melanda Indonesia. Saat itu, ia bersama rekan-rekannya melihat ada kesempatan menciptakan produk dari limbah plastik milik pabrik.
“Kita rangkul ibu-ibu agar lebih produktif, lalu buat masker. Terus sekarang kita mengumpulkan foam (juga) dari pabrik dan kita olah jadi furnitur,” ujar Suci.
Dalam keberlangsungannya, jelas Suci, WANITA mengombinasikan empat elemen penting, yaitu perempuan, limbah, dampak, dan seni.
WANITA percaya, perempuan memainkan peran penting dalam menciptakan perubahan positif di tengah-tengah masyarakat. Sementara elemen limbah diartikan sebagai masalah terbesar di dunia dan WANITA ingin memanfaatkannya agar menjadi bagian dari gaya hidup dan kebutuhan sehari-hari manusia.
Sedangkan elemen dampak dimaknai WANITA sebagai rasa percaya, “Bahwa langkah kecil kami dapat memberikan dampak besar untuk meningkatkan kesadaran tentang limbah terhadap lingkungan, kesehatan, dan masyarakat,” ucap Suci.
Adapun seni, jelas Suci, merupakan media untuk mendidik, menginspirasi, dan memobilisasi orang-orang untuk menciptakan perubahan positif. Dengan seni, WANITA sukses menghasilkan produk yang meningkatkan kreativitas, keberlanjutan, dan menciptakan produk daur ulang baru yang sesuai dengan kebutuhan pasar.
Hingga kini, produk-produk yang dihasilkan WANITA sangat beragam, mulai dari kacamata, gelang, tatakan gelas, alat-alat olahraga, meja, kursi, hingga perabotan rumah tangga lainnya. Seluruh produk, ungkap Suci, dipasarkan dengan cara beragam, seperti pameran atau dalam bentuk kerja sama.
Keberhasilan yang digapai WANITA bukan sesuatu yang instan. Suci menjelaskan, mula-mula harus melakukan edukasi terlebih dahulu kepada ibu-ibu yang terlibat.
Edukasi yang ia maksud adalah membuka pola pikir tentang bagaimana menciptakan karya seni yang dihasilkan ibu-ibu menjadi sesuatu yang lebih berdampak untuk lingkungan.
“Lalu, kita ajak kira-kira mau buat apa, ya? Akhirnya makin ke sini ibu-ibu tahu bagaimana mengelola dari material yang tadinya terbuang, kini digunakan lagi untuk produksi,” jelasnya.
Menurut Suci, menghasilkan produk ramah lingkungan memang memiliki tantangan. Satu di antaranya adalah memastikan produk daur ulang betul-betul tidak menyisakan sampah.
“Zero waste itu susah banget, jujur. Tapi kita coba inovasi dan kelola lagi untuk dijadikan sebuah produk,” kata dia.
Namun, dengan kreativitas dan inovasi, tantangan tersebut bisa teratasi. Di sisi lain, ia mengatakan menjaga kualitas produk pun menjadi tantangan lain.
Perihal ini, solusi yang bisa dilakukan adalah tetap berdiskusi setelah melakukan produksi. “Bahkan, kita juga meminta saran dari designer tentang produk kita,” ujarnya.
Bagi masyarakat yang ingin memulai bisnis daur ulang limbah, kesempatan pun masih terbuka. Sebab, kata Suci, di Indonesia sampah plastik masih sedikit diolah. Masalah sampah plastik pun menjadi tantangan untuk Indonesia karena tergolong negara sebagai penyumbang limbah plastik terbesar di dunia.
Maka dari itu, menjalankan usaha mengolah limbah plastik menjadi solusi demi menjaga lingkungan dengan mengurangi limbah di Indonesia. “Kesempatan yang mau bikin bisnis ramah lingkungan ini masih bisa banget karena baru 9% sampah plastik yang didaur ulang,” ujar Suci.